Arjuna merasa keberatan kalau harus bersaing dengan Suryaputra, karena Suryaputera memiliki kemampuan yang sama dengannya dalam ilmu memanah. Arjuna menolak bertanding dengan Suryaputra, dengan alasan karena Suryaputra bukan seorang satria. Ia seorang rakyat biasa, anak kusir Adirata, yang mempunyai tingkatan hanya seorang pembantu.
Alasan ini menjadikan Suryaputra dendam kepada Arjuna. Duryudana yang melihat kemampuan Suryaputra akhirnya mengangkat derajat Suryaputra menjadi saudara dari Kurawa. Duryudana memberikan pakaian seorang satria dan menganggap Suryaputra sebagai saudara. Menjadi saudara Kurawa, berarti juga masih saudara Pandawa. Namun, Arjuna tetap tidak mau bertanding dengan Suryaputra karena bagaimana juga ia tetap seorang sudra.
Arjuna melayangkan sebuah panah ke sebuah papan sasaran panah. Suryaputra secara diam-diam pun melayangkan sebuah panah. Panah Arjuna dan Suryaputra melayang beriringan bersana. Panah Arjuna menancap lebih dahulu di lingkaran angka 100. Sedangkan panah Suryaputra membelah panah Arjuna dan menancap di angka 100 pula.
Melihat panahnya terbelah dua, Arjuna menjadi marah dan tidak mengakui panah Suryaputra. Suryaputra tidak layak berdiri di tempat pendadaran.
Pandita Durna yang lebih mecintai Arjuna, memilih untuk mempersilakan Suryaputra keluar. Karena pendadaran ini khusus untuk keluarga Pandawa dan Kurawa. Jadi walaupun Suryaputra sudah menjadi seorang ksatria, tetap tidak diperbolehkan mengikuti pendadaran. Suryaputra semakin kecewa dan dendam dengan Arjuna.
Mulai saat itu, Suryaputra tidak pernah mengikuti pendadaran lagi. Ia lebih memilih belajar kanuragan ditempatnya sendiri, yaitu di Kadiratan.
Batara Surya sang ayahanda pun mendatanginya. Bathara Surya menyamar menjadi seorang pendita dan mengjarkan kanuragan pada Suryaputra. Sang pendita memberitahukan riwayat Suryaputra yang sebenarnya. Suryaputra menangis di pangkuan sang Begawan.
Begawan memberitahu bahwa Suryaputra adalah putera Batara Surya dan Dewi Kunti. Suryaputra dibuang oleh ayah Dewi Kunti, karena bayi Suryaputra dianggap aib bagi keluarga Mandura. Namun Bathara Surya menenangkannya bahwa ia akan selalu menjaganya.
Sejak dalam kandungan ibunya, Dewi Kunti, Bathara Surya telah memberikan pelindung berupa baju tamsir yang menempel dan telah bersatu dengan kulit Suryaputra. Tidak ada satu pusaka pun yang akan mampu melukai dirinya. Semu pusaka akan terpental kembali kepada pemiliknya.
Begawan juga memberitahu bahwa ibunya, Dewi Kunti memberi nama Karna. Sedangkan ayahnya, Batara Surya member nama dia, Suryaputra atau Suryatmaja. Dan sudah menjadi jangka dewa, bahwa pada perang besar nanti, Suryaputra akan berhadapan dengan Arjuna.
Setelah Suryaputra menghilang dari tempat pendadaran, Arjuna pun merasa menjadi satria lanang jagad, tidak ada lagi pesaing yang akan mengganggunya.
Sebenarnya, Arjuna masih mempunyai seorang pesaing lagi, yaitu Prabu Palgunadi, yang juga mahir dalam memanah. Walaupun ia tidak berguru pada Pandita Durna, namun cara memanahnya betul-betul sangat akurat. Arjuna merasa tersaingi, ia pun ingin bertemu dengan Palgunadi untuk menjajal kemampuan memanah Palgunadi.
Arjuna mendengar kabar bahwa Prabu Palgunadi akan pergi ke Sokalima untuk berguru pada Pandita Durna. Arjuna merasa cemburu pada Palgunadi, ia khawatir gurunya akan lebih menyayangi Palgunadi dibanding dirinya.
Arjuna pun memutuskan untuk pergi ke Sokalima. Dalam perjalanannya menuju Sokalima, Arjuna bertemu dengan rombongan Dewi Anggraini yang bermaksud menyusul suaminya, Prabu Palgunadi ke Sokalima. Melihat kecantikan Dewi Anggraini, Arjuna pun jatuh cinta kepada istri Prabu Palgunadi itu.
Namun, Dewi Anggraini tidak menanggapi cinta Arjuna. Arjuna terus berusaha merayu dan memaksa Dewi Anggraini, namun sang dewi tetap pada pendiriannya. Melihat Arjuna berlaku demikian, Aswatama, putera Pandita Durna yang kebtulan lewat disitu, segera menyerang Arjuna. Arjuna menjadi marah dan terjadilah perkelahian antara keduanya. Dewi Anggraini memerintahkan agar para pengawalnya mempercepat perjalanannya.
Akhirnya, rombongan Dewi Anggraini sampai di Sokalima. Tidak lama, Arjuna juga sampai di Sokalima. Dewi Anggraini melaporkan kejadian yang baru dialaminya pada suaminya, Prabu Palgunadi yang saat itu sedang menghadap Pandita Durna untuk minta belajar memanah. Namun Pandita Durna belum memberikan kesanggupannya. Begitu mendengar laporan istrinya, Prabu Palgunadi menjadi marah.
Arjuna memberla diri, ia berkilah bahwa ia tidak akan tega melakukan perbuatan itu. Aswatama pun datang member kesaksian, bahwa apa yang dikatakan oleh Dewi Anggraini benar adanya. Arjuna menyangkal kesaksian Aswatama.
Prabu Palgunadi lebih percaya dengan istirinya dan kesaksian Aswatama. Ia sangat marah kepada Arjuna. Terjadilah perkelahian antara kedanya. Mereka saling mengeluarkan kemahiran ilmu memanah masing-masing.
Serangan panah Arjuna dapat dipatahkan oleh palgunadi. Arjuna semakin marah, ia pun membabi buta dengan panahnya yang akurat. Namun semua panah Arjuna dapat dikembalikan oleh Palgunadi.
Arjuna nampak kewalahan menghadapi Palgunadi, maka ia yang juga bernama Palguna menanggalkan panahnya. Arjuna menyerang dengan tangan kosong. Palgunadi pun melayani serangan Arjuna. Kini merka bertarung tanpa senjata.
Tanpa senjata, kekuatan mereka pun begitu seimbang. Tiba tiba Arjuna menangkap dan berusaha merebut cincin Mustika Ampal yang dipakai pada ibu jari tangan kanan Prabu Palgunadi.Namun cincin pada ibu jarinya telah menyatu menjadi satu, sehingga ketika cincin itu dicabut, maka Ibu jari Palgunadi ikut terlepas dari tangan kanan Palgunadi. Dan tidak diduga sebelumnya, Prabu Palgunadi tewas seketika.
Cincin Mustika Ampal itu merupakan hidup matinya Prabu Palgunadi. Jari bercincin Mustika Ampal Prabu Palgunadi yang terambil oleh Arjuna, tiba tiba lengket dan menyatu dengan jari jari Arjuna . Sehingga Arjuna tangan kanannya memiliki 6 jari.
Melihat kematian suaminya, Anggraeni melarikan diri. Aswatama mencoba melindungi Dewi Anggraeni dari kejaran Arjuna. Tetapi Aswatama dengan mudah dikalahkan Arjuna. Pandita Durna meminta Arjuna agar sadar atas perbuatannya, namun Arjuna seolah olah tidak mendengar kata kata Gurunya.
Arjuna merasa mendapatkan kesempatan untuk mempersunting Dewi Anggraeni menjadi istrinya. Ia terus mengejar Dewi Anggraeni hingga akhirnya langkah Dewi Anggaini terhenti, ketika jalan yang akan dilewati, berupa jurang dan tidak ada jalan lain. Akhirnya Dewi Anggraeni lebih memilih terjun kedalam jurang yang dalam daripada ia harus menikah dengan Arjuna. Dewi Anggraeni pun tewas.
Sukma Dewi Anggraeni sampai di Kahyangan Jonggringsaloka. Ia disambut sukma Prabu Palgunadi, suaminya. Mereka berdua memasuki Swargaloka.
Meskipun Dewi Anggraini sudah meninggal, Arjuna terus mengejar sukma Dewi Anggraeni yang akan memasuki Kahyangan Jonggringsaloka.
Batara Narada merasa heran,ketika Arjuna datang menemuinya dan minta agar Dewi Anggraeni di kembalikan pada Arjuna. Arjuna ingin menikahinya, karena Arjuna sangat mencintainya. Batara Narada sebenarnya keberatan. tetapi untuk mengelabuhi Arjuna, maka diciptakannya Dewi Anggraeni dari daun Tunjung.
Arjuna merasa bahagia bisa bersanding dengan Dewi Anggraeni. Mereka berdua turun ke marcapada. Namun sesampai di Arcapada Dewi Anggraeni berubah menjadi daun tunjung. Arjuna pun marah,ia ingin kembali ke Kahyangan. Datanglah Prabu Kresna, mencegah keinginan Arjuna untuk kembali ke Kahyangan. Prabu Kresna mengingatkan kalau semua yang terjadi ini sudah kehendak dewa.
Posting Komentar - Back to Content
Rule of T-S :
> Saya hanya menerima komentar yang masih menyangkut artikel yang di post
> Kritik dan Saran yang baik akan terima kalau tidak sopan akan saya hapus
> Dilarang Spam , Flood , Sara , dan Link yang mengandung hal yag jelek
> Terima kasih atas kunjungannya ke blog ini. Tinggalkan Follow-nya !!